Cerita ini hanya fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tempat, dan sebagainya itu hanya kebetulan belaka.
Selamat membaca....
Author By: Diana Sofah
Aku mengerutkan dahiku disudut kelas, menunggu
kekasihku nino yang tak kunjung menghampiriku. Biasanya jam segini kita sudah sampai dirumah.
Takut,khawatir, dan cemas mulai menghinggapi hati kecilku. Cuaca sudah tak
bersahabat lagi, hujan mendadak turun lebat sekali. Angin bertiup kencang,
petir menyambar disertai dengan gemuruh yang dahsyat.
Kini
tinggal aku dan rina yang berada dikelas. Rina pun tak lama kemudian dijemput
ayahnya.
“aku pulang dulu ya?” rina berpamitan pulang.
“ya!”jawabku.
Hampir
1 jam lebih aku terpaku pada sudut ruang kelasku. Dimanakah nino? Aku begitu
mencemaskannya. Biasanya nino paling semangat menemuiku saat pulang sekolah,
apalagi hujan deras gini. Dia orang yang paling khawatir dengan aku.
Tanpa
piker panjang, aku langsung cabut dari kelas menuju ruang kelas nino. Kebetulan
ruang kelas nino berada di lantai dua. Ku tapaki anak tangga dengan penuh
kekhawatiran. Sesampainya disana, kelas-kelas sudah pada sepi.
Dengan
buru-buru, aku langsung masuk ruang kelas nino. Ku teliti setiap sudut di ruang
kelasnya. Tak ada seorang pun di kelas itu. Rasa kekhawatiranku pun semakin
memuncak. Kukeluarkan handphone dari
saku seragamku.
Aku
langsung calling dia, tapi nomornya
tidak aktif. SMSku tadi pagi pun belum terkirim.
“cari nino?” seseorang tak ku kenal bertanya
kepadaku. Aku tersentak kaget. Aku piker sudah tidak ada kehidupan lagi
dilantai dua.
“iya, emang mas tahu nino dimana?” gumamku penuh
Tanya.
“sebelumnya kenalin dulu, aku rooby temennya nino,
kamu pacarnya nino kan?
Di luar sana langit sudah mulai tenan. Hujan sudah redah hanya
gerimis kecil yang tersisa. Robbyy mengjakku pulang bareng. Aku terima
ajakannya, lagipula transportasi juga jarang ada kalau habis hujan gini.
Walaupun ada transportasi, tapi uangku juga sudahmenipis.
Diperjalanan,
kita ngelanjutin obrolan yangbelum kelar tadi.
“oh......ya! mas kok tahu sih kalo aku pacarnya
nino?” tanyaku.
“ya tahu aja, nino kan seringcerita!” jawabnya
enteng
“tapi maskok kenal wajahku sih?” tanyakutak puas
dengan jawaban mas robby.
“kamu kan sering nyamperin nino ke kela, otomatis
aku sudah tahu wajah kamu!”
“bener juga ya!” sahutku lagi.
Tiba-tiba
hujan turun dengan deras, cuaca sudah tidak bersahabat lagi. Mas robby
menghentikan laju kendarasannya. Dia mengajakku berteduh di depan tokoh yang
udah tutup. Aku mulai menggigil kedinginan, jemari tanganku mulai keriput. Mas
robby mengeluarkan jaket dari tasnya.
“ ini, kamu pakai ! “ mintanya tak tega melihat
aku kedinginan
“ nggak usah mas, nggak terlalu dingin kok ! “ aku
menolak permintaannya.
“ udah pakai aja, wajah kamu udah mulai pucat
gitu! “ pintanya lagi.
“ ya udah deh, aku pakai “
Hujan
turun semakin deras, sepertinya waktu berteduh akan menjadi semakin lama.
Langitpun mulai menutup cahaya birunya. Perlahan-lahan menjadi gelap dan
semakin gelap seiring berjalannya jarum jam. Adzan maghrib mulai terdengar dari
toko tempat aku dan mas robby berteduh.
“mas, emangnya tadi nino masuk sekolah?” tanyaku
masih khawatir dengan nino.
“masuk kok!”
“tapi kenapa ya, dia tidak menemuin aku seharian
ini!” ucapku kecewa.
“dia tadi pulang buru-buru, katanya sih ada
keperluan penting.”
“emang tidak ngomong mau kemana?”
“tidak, dia Cuma bilang, ada keperluan penting aja!”
Hujqn
redah kembali, kita buru-buru ngelanjutin perjalanan kita lagi. Tepat adzan
isya’, aku sampai di rumah.
“makasih ya mas!”
“ya, sama-sama! sudah cepetan masuk, entar
dimarahin orang tua kamu loh!”
“ok!” kataku langsung masuk rumah.
Aku
langsung ganti baju, jemari tanganku masih tetap keriput. Suasana malam makin
sepi. Angin bertiup kencang, membuatku semakin kedinginan. Aku langsung membaringkan
tubuhku di kasur empuk milikki. Tubuh langsung ku bungkus selimut. Dan aku
merangkai mimpi-mimpi indahku.
****
Pagi
haripun datang, mentari pagi terbit dengan penuh kehangatan. Kicauan
burung-burung membangunkan dari tidur malamku. Tapi apa yang terjadi? Tubuh
terasa berat untuk bangun. Bahkan untuk duduk pun aku tak kuasa.
Ibu
langsung masuk kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“sudah kam jangan masuk sekolah dulu!”
“tapi aku masih kuatkok!” jawabku ngotot.
“kuat gimana? Suhu tubuh kamu tinggi, jadi tidak
usah masuk sekolah dulu!”
“tidak, aku masuk aja!” jawabku tambah ngotot
“sudah terlanjur, ibu sudah titip surat izin sama
rina!”
****
Pagi
pun berlalu begitu cepat, siang datang dengan langit yang begitu cerah. Aku berharap, nino menjengukku walau
hanya sebentar. Ibu langsung nyeroboh masuk kamarku.
“ada yang mau njenguk kamu tuh!”
“siapa bu? Pasti nino!”
“sudah, liat aja sendiri!”
“ya sudah suruh masuk aja!”
Ibu
langsungn keluar dan menyuruh orang yang menjengukku masuk.
“sudah ku duga, kamu pasti datang nino.” Ujarku
tanpa melihat dia terlebih dahulu.
“aku bukan nino”
Betapa
kagetnya aku, saat ku lihat betul-betul wajah orang tersebut. Ternyata dia
bukan nino tapi mas robby, kecewa, tapi aku lega karena masih ada orang yang
perduli sama aku.
“oh..... mas robby, aku kirain nino!”
“aduh...... yang begitu sayangnya sama nino, sampeaku di kira nino
juga!” ucap mas robby sembari tertawa kecil.
“kok tidak sama nino sih mas?”
“maunya sih ngajak, tapi nino tadi di kelas murung
terus tuh!”
“oh...... ya sudah tidak apa-apa!”
Aku
tak mampu berdiri untuk menyambut ke datangan mas robby. Ku lihat dia masih
memakai seragam sekolah. Menurutku ini agak berlebihan. Aku baru satuhari
mengenal mas robby, tapi sangat perhatian sama aku. Sedangkang nino sekarang
tak sesiaga seperti dulu lagi. Tapi yang namanya kekasih, aku tetap sayang plus
cinta sama nino.
****
Keesokan
harinya aku bertekad masuk sekolah. Aku masih penasaran dengandengan perilaku
nino dua hari terakhir ini. Tak menghubungiku sama sekali walau hanya sekedar
lewat handphone. Tanpa terlebih
dahulu masuk ke kelas, aku langsung menuju kelas nino. Kuteliti satu per satu
orang di kelas itu. Aku masih tidak melihat batang hidung nino. Ya tuhan, aku
sudah lelah dengan lelah dengan sikap
nino. Tak sedikit pun rasa khawatir
menghindari dirinya.
Aku
langsung keluar dari kelas nino dengan penuh emosi. Aku tak memperdulikan mas
robby yang sempat menyapaku hangat. Jujur, aku mulai merasa takut. Aku takut
nino sudah tidak cinta lagi sama aku.
****
Pulang sekolah ms reobby mengajakku pulang bareng.
Aku berfikir singkat dan langsung menyetujuinya. Mas robby mengajakku lewat di
perkebunan teh. Katanya sih biar aku tambah fresh dan semangat lagi.
Ternyata
emang bener, udara disana sangat sejuk. Masalahku sedikit terlupakan di tempat itu. Tapi semua rasa itu
sudah hilang seketika. Aku melihat nino bersama renny berduaan. Gelagat mereka
menunjukkan kalau memang ada suatu hubungan khusus antara mereka berdua.
Dengan
tubuh yang mulai lemas, aku dan mas robby menghampiri mereka berdua. Emosiku
tak terbendung lagi. Saat itu aku sudah amat marah.
“oh.... ternyata ini alasan kamu menghindar dari
aku!” ucapkan sembari menampar pipi nino dengan penuh emosi.
“tidak kok sayang, kita Cuma temenan doang kok!”
jawabnya dengan pipi merah habis aku tampar tadi.
“bohong! Kita sudah jadian satu minggu yang lalu!”
gertak renny, memecah pertengkaran kita brdua.
“sudah deh ! mulai detik ini kita putus!” ucapku
ketus.
“tapi......!” jawab nino pasrah
Aku
langsung menarik mas robby dari tempat mereka berduaan tadi. Kita langsung
cabut dari tempat itu. Nino berusaha mengejarku, tapi renny menahannya.
Disepanjang
perjalanan, aku tak kuasa menahan air mataku. Seperti kebanyakan cewek lainnya.
Pasti ada air mata yang keluar saat putus dengan kekasihnya. Sedih, marah, dan
lega semua campur jadi satu.
****
Suatu
hari mas robby datang ke rumah. Dia mengungkapkan cintanya padaku. Aku tidak
tahu harus berbuat apa. Kalau boleh jujur, dihatiku masih tersimpan nama nino. Tapi kalau
dipikir-pikir ngapain juga aku mikirin playboy brengsek itu. Aku bilang sama
mas Robby kalau aku butuh waktu untuk menjawabnya. Mas robby menerima keputusanku.
Beberapa hari
kemudian, aku mendapat informasi nino sakit keras. Aku juga btidak tega melihat
orang yang pernahku cintai menderita. Aku sudah melupakan kejadian dikebun teh
beberapa minggu yang lalu. Aku mengajak mas robby menjenguknya dirumah sakit.
Saat itu aku sudah berpacaran dengan mas robby.
Begitu
aku masuk,mulai terpancar wajah ceria nino. Dengan susah payah, nino mencoba bangun
dari tempat tidurnya. Dia langsung memelukku erat dan mengecup lembut keningku.
Tak perduli walaupun dia sudah tahu kalau aku sudah jadi kekasih mas robby.
“aku sayang sama kamu, aku mohon jangan tinggalin
aku. Aku menyesal sudah pernah nyakitin kamu. Sungguh rasa cintaku padamu
sangatlah besar!” nino menatapku penuh kelembutan.
Saat
itu kata-kata cinta nino sudah tak ada artinya lagi bagiku. Rasa cintaku sudah
hilang. Tak sepatah kata pun menyentuh hatiku. Aku berusaha melepaskan pelukan
nino. Mas robby juga berusaha membantuku lepas dari pelukan nino. Aku langsung
memeluk mas robby erat-erat.
“semua tlah berakhir, aku sudah tidak cinta lagi
sama kamu!”
“tapi, mana mungking secepat itu kamu bisa
melupakanku?”
“mas robby telah mengajariku, apa arti CINTA
sesungguhnya!”
“Aku sungguh-sungguh cinta sama kamu!”
“kamu juga harus tahu, masih ada orang diluar sana
yang sangat cinta sama kamu!
“siapa?”
“Renny, dia sangat cinta padamu!”
“tapi aku tidak bisa cinta sama renny!”
Kata-kata
itu sembari membuatku merasa bersalah karena membuat dia sepeti ini. Tapi aku
terlanjur kecewa padanya karena dia telah menghianati ketulusan cintaku.
Sekarang saat ku tak mengharapmu lagi, kenapa kau malah mengemis cintaku ini,
kemana kau dlu saat aku benar-benar cinta sama kamu? Kau campakkan aku, kau
tinggalkanku. sekarang maafkan aku karena aku tak bisa kembali lagi padamu,
karena aku tak ingin kecewa untuk yang kedua kalinya. Selamat tinggal masa
laluku, aku tak akan mengganggu kehidupanmu lagi. Biarkan aku bahagia dengan
orang yang tulus mencintaiku. Terima kasih atas kenangan manis yang dulu kau
beri untukku, tapi sekarang aku ucapkan
selamat tinggal untukmu wahai masa laluku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar