Selasa, 17 September 2013

CINTA SEGI EMPAT





Cerita ini hanya fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tempat, dan sebagainya itu hanya kebetulan belaka.
Selamat membaca....
Author By: Diana Sofah
 

Aku mengerutkan dahiku disudut kelas, menunggu kekasihku nino yang tak kunjung menghampiriku. Biasanya  jam segini kita sudah sampai dirumah. Takut,khawatir, dan cemas mulai menghinggapi hati kecilku. Cuaca sudah tak bersahabat lagi, hujan mendadak turun lebat sekali. Angin bertiup kencang, petir menyambar disertai dengan gemuruh yang dahsyat.
          Kini tinggal aku dan rina yang berada dikelas. Rina pun tak lama kemudian dijemput ayahnya.
“aku pulang dulu ya?” rina berpamitan pulang.
“ya!”jawabku.
          Hampir 1 jam lebih aku terpaku pada sudut ruang kelasku. Dimanakah nino? Aku begitu mencemaskannya. Biasanya nino paling semangat menemuiku saat pulang sekolah, apalagi hujan deras gini. Dia orang yang paling khawatir  dengan aku.
          Tanpa piker panjang, aku langsung cabut dari kelas menuju ruang kelas nino. Kebetulan ruang kelas nino berada di lantai dua. Ku tapaki anak tangga dengan penuh kekhawatiran. Sesampainya disana, kelas-kelas sudah pada sepi.
          Dengan buru-buru, aku langsung masuk ruang kelas nino. Ku teliti setiap sudut di ruang kelasnya. Tak ada seorang pun di kelas itu. Rasa kekhawatiranku pun semakin memuncak. Kukeluarkan handphone dari saku seragamku.
          Aku langsung calling dia, tapi nomornya tidak aktif. SMSku tadi pagi pun belum terkirim.
“cari nino?” seseorang tak ku kenal bertanya kepadaku. Aku tersentak kaget. Aku piker sudah tidak ada kehidupan lagi dilantai dua.
“iya, emang mas tahu nino dimana?” gumamku penuh Tanya.
“sebelumnya kenalin dulu, aku rooby temennya nino, kamu pacarnya nino kan?
Di luar sana langit sudah mulai tenan. Hujan sudah redah hanya gerimis kecil yang tersisa. Robbyy mengjakku pulang bareng. Aku terima ajakannya, lagipula transportasi juga jarang ada kalau habis hujan gini. Walaupun ada transportasi, tapi uangku juga sudahmenipis.
          Diperjalanan, kita ngelanjutin obrolan yangbelum kelar tadi.
“oh......ya! mas kok tahu sih kalo aku pacarnya nino?” tanyaku.
“ya tahu aja, nino kan seringcerita!” jawabnya enteng
“tapi maskok kenal wajahku sih?” tanyakutak puas dengan jawaban mas robby.
“kamu kan sering nyamperin nino ke kela, otomatis aku sudah tahu wajah kamu!”
“bener juga ya!” sahutku lagi.
          Tiba-tiba hujan turun dengan deras, cuaca sudah tidak bersahabat lagi. Mas robby menghentikan laju kendarasannya. Dia mengajakku berteduh di depan tokoh yang udah tutup. Aku mulai menggigil kedinginan, jemari tanganku mulai keriput. Mas robby mengeluarkan jaket dari tasnya.
“ ini, kamu pakai ! “ mintanya tak tega melihat aku kedinginan
“ nggak usah mas, nggak terlalu dingin kok ! “ aku menolak permintaannya.
“ udah pakai aja, wajah kamu udah mulai pucat gitu! “ pintanya lagi.
“ ya udah deh, aku pakai “
Hujan turun semakin deras, sepertinya waktu berteduh akan menjadi semakin lama. Langitpun mulai menutup cahaya birunya. Perlahan-lahan menjadi gelap dan semakin gelap seiring berjalannya jarum jam. Adzan maghrib mulai terdengar dari toko tempat aku dan mas robby berteduh.
“mas, emangnya tadi nino masuk sekolah?” tanyaku masih khawatir dengan nino.
“masuk kok!”
“tapi kenapa ya, dia tidak menemuin aku seharian ini!” ucapku kecewa.
“dia tadi pulang buru-buru, katanya sih ada keperluan penting.”
“emang tidak ngomong mau kemana?”
“tidak, dia Cuma bilang, ada keperluan penting aja!”
          Hujqn redah kembali, kita buru-buru ngelanjutin perjalanan kita lagi. Tepat adzan isya’, aku sampai di rumah.
“makasih ya mas!”
“ya, sama-sama! sudah cepetan masuk, entar dimarahin orang tua kamu loh!”
“ok!” kataku langsung masuk rumah.
          Aku langsung ganti baju, jemari tanganku masih tetap keriput. Suasana malam makin sepi. Angin bertiup kencang, membuatku semakin kedinginan. Aku langsung membaringkan tubuhku di kasur empuk milikki. Tubuh langsung ku bungkus selimut. Dan aku merangkai mimpi-mimpi indahku.
****
          Pagi haripun datang, mentari pagi terbit dengan penuh kehangatan. Kicauan burung-burung membangunkan dari tidur malamku. Tapi apa yang terjadi? Tubuh terasa berat untuk bangun. Bahkan untuk duduk pun aku tak kuasa.
          Ibu langsung masuk kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“sudah kam jangan masuk sekolah dulu!”
“tapi aku masih kuatkok!” jawabku ngotot.
“kuat gimana? Suhu tubuh kamu tinggi, jadi tidak usah masuk sekolah dulu!”
“tidak, aku masuk aja!” jawabku tambah ngotot
“sudah terlanjur, ibu sudah titip surat izin sama rina!”
****
          Pagi pun berlalu begitu cepat, siang datang dengan langit yang begitu  cerah. Aku berharap, nino menjengukku walau hanya sebentar. Ibu langsung nyeroboh masuk kamarku.
“ada yang mau njenguk kamu tuh!”
“siapa bu? Pasti nino!”
“sudah, liat aja sendiri!”
“ya sudah suruh masuk aja!”
          Ibu langsungn keluar dan menyuruh orang yang menjengukku masuk.
“sudah ku duga, kamu pasti datang nino.” Ujarku tanpa melihat dia terlebih dahulu.
“aku bukan nino”
          Betapa kagetnya aku, saat ku lihat betul-betul wajah orang tersebut. Ternyata dia bukan nino tapi mas robby, kecewa, tapi aku lega karena masih ada orang yang perduli sama aku.
“oh..... mas robby, aku kirain nino!”
“aduh...... yang begitu  sayangnya sama nino, sampeaku di kira nino juga!” ucap mas robby sembari tertawa kecil.
“kok tidak sama nino sih mas?”
“maunya sih ngajak, tapi nino tadi di kelas murung terus tuh!”
“oh...... ya sudah tidak apa-apa!”
          Aku tak mampu berdiri untuk menyambut ke datangan mas robby. Ku lihat dia masih memakai seragam sekolah. Menurutku ini agak berlebihan. Aku baru satuhari mengenal mas robby, tapi sangat perhatian sama aku. Sedangkang nino sekarang tak sesiaga seperti dulu lagi. Tapi yang namanya kekasih, aku tetap sayang plus cinta sama nino.
****
          Keesokan harinya aku bertekad masuk sekolah. Aku masih penasaran dengandengan perilaku nino dua hari terakhir ini. Tak menghubungiku sama sekali walau hanya sekedar lewat handphone. Tanpa terlebih dahulu masuk ke kelas, aku langsung menuju kelas nino. Kuteliti satu per satu orang di kelas itu. Aku masih tidak melihat batang hidung nino. Ya tuhan, aku sudah lelah dengan lelah dengan  sikap nino. Tak sedikit pun  rasa khawatir menghindari dirinya.
          Aku langsung keluar dari kelas nino dengan penuh emosi. Aku tak memperdulikan mas robby yang sempat menyapaku hangat. Jujur, aku mulai merasa takut. Aku takut nino sudah tidak cinta lagi sama aku.
****
Pulang sekolah ms reobby mengajakku pulang bareng. Aku berfikir singkat dan langsung menyetujuinya. Mas robby mengajakku lewat di perkebunan teh. Katanya sih biar aku tambah fresh dan semangat lagi.
          Ternyata emang bener, udara disana sangat sejuk. Masalahku sedikit  terlupakan di tempat itu. Tapi semua rasa itu sudah hilang seketika. Aku melihat nino bersama renny berduaan. Gelagat mereka menunjukkan kalau memang ada suatu hubungan khusus antara mereka berdua.
          Dengan tubuh yang mulai lemas, aku dan mas robby menghampiri mereka berdua. Emosiku tak terbendung lagi. Saat itu aku sudah amat marah.
“oh.... ternyata ini alasan kamu menghindar dari aku!” ucapkan sembari menampar pipi nino dengan penuh emosi.
“tidak kok sayang, kita Cuma temenan doang kok!” jawabnya dengan pipi merah habis aku tampar tadi.
“bohong! Kita sudah jadian satu minggu yang lalu!” gertak renny, memecah pertengkaran kita brdua.
“sudah deh ! mulai detik ini kita putus!” ucapku ketus.
“tapi......!” jawab nino pasrah
          Aku langsung menarik mas robby dari tempat mereka berduaan tadi. Kita langsung cabut dari tempat itu. Nino berusaha mengejarku, tapi renny menahannya.
          Disepanjang perjalanan, aku tak kuasa menahan air mataku. Seperti kebanyakan cewek lainnya. Pasti ada air mata yang keluar saat putus dengan kekasihnya. Sedih, marah, dan lega semua campur jadi satu.
****
          Suatu hari mas robby datang ke rumah. Dia mengungkapkan cintanya padaku. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Kalau boleh jujur, dihatiku  masih tersimpan nama nino. Tapi kalau dipikir-pikir ngapain juga aku mikirin playboy brengsek itu. Aku bilang sama mas Robby kalau aku butuh waktu untuk menjawabnya. Mas robby menerima keputusanku.
          Beberapa hari kemudian, aku mendapat informasi nino sakit keras. Aku juga btidak tega melihat orang yang pernahku cintai menderita. Aku sudah melupakan kejadian dikebun teh beberapa minggu yang lalu. Aku mengajak mas robby menjenguknya dirumah sakit. Saat itu aku sudah berpacaran dengan mas robby.
          Begitu aku masuk,mulai terpancar wajah ceria nino. Dengan susah payah, nino mencoba bangun dari tempat tidurnya. Dia langsung memelukku erat dan mengecup lembut keningku. Tak perduli walaupun dia sudah tahu kalau aku sudah jadi kekasih mas robby.
“aku sayang sama kamu, aku mohon jangan tinggalin aku. Aku menyesal sudah pernah nyakitin kamu. Sungguh rasa cintaku padamu sangatlah besar!” nino menatapku penuh kelembutan.
          Saat itu kata-kata cinta nino sudah tak ada artinya lagi bagiku. Rasa cintaku sudah hilang. Tak sepatah kata pun menyentuh hatiku. Aku berusaha melepaskan pelukan nino. Mas robby juga berusaha membantuku lepas dari pelukan nino. Aku langsung memeluk mas robby erat-erat.
“semua tlah berakhir, aku sudah tidak cinta lagi sama kamu!”
“tapi, mana mungking secepat itu kamu bisa melupakanku?”
“mas robby telah mengajariku, apa arti CINTA sesungguhnya!”
“Aku sungguh-sungguh cinta sama kamu!”
“kamu juga harus tahu, masih ada orang diluar sana yang sangat cinta sama kamu!
“siapa?”
“Renny, dia sangat cinta padamu!”
“tapi aku tidak bisa cinta sama renny!”
          Kata-kata itu sembari membuatku merasa bersalah karena membuat dia sepeti ini. Tapi aku terlanjur kecewa padanya karena dia telah menghianati ketulusan cintaku. Sekarang saat ku tak mengharapmu lagi, kenapa kau malah mengemis cintaku ini, kemana kau dlu saat aku benar-benar cinta sama kamu? Kau campakkan aku, kau tinggalkanku. sekarang maafkan aku karena aku tak bisa kembali lagi padamu, karena aku tak ingin kecewa untuk yang kedua kalinya. Selamat tinggal masa laluku, aku tak akan mengganggu kehidupanmu lagi. Biarkan aku bahagia dengan orang yang tulus mencintaiku. Terima kasih atas kenangan manis yang dulu kau beri untukku, tapi  sekarang aku ucapkan selamat tinggal untukmu wahai masa laluku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar